Wilayah kekuasaan Salakanagara meliputi Banten, Jawa Barat bagian barat dan pulau-pulau didalam Wilayahnya. Sepanjang pantai Salakanagara dijaga Pasukan Dewawarman, termasuk pesisir Jawa Barat, Nusa Mandala atau Pulau Sangiang, Nusa Api dan pesisir Sumatra Bagian selatan. Bertujuan untuk menjaga keamanan dari gangguan perompak. Sebagai imbalannya, para pelaut tersebut diwajibkan membayar upeti.
Selama kejayaan Salakanagara memang gangguan yang sangat serius datangnya dari para perompak. Konon kabar pernah kedatangan perompak Cina, namun berkat keuletan Dewawarman dengan cara membuka hubungan diplomatik dengan Cina dan India, pada akhirnya Salakanagara dapat hidup damai dan sentausa, jauh dari gangguan perompak.
Peninggalan Salakanagara
Selain adanya perkiraan jejak peninggalan Salakanagara, seperti batu menhir, Dolmen dan batu magnet yang terletak di daerah Banten, berdasarkan penelitian juga ditemukan penanggalan sunda atau Kala Sunda, yang dinyatakan telah ada sejak jaman Aki Tirem. Penanggalan tersebut kemudian dinamakan Caka Sunda. Perhitungan Kala Saka mendasarkan pada Matahari 365 hari) dan Bulan (354 hari). Masing-masing tahun mengenal taun pendek dan panjang.
Kota Taruma
Didalam Prasasti yang ditemukan di Desa Tugu, Kecamatan Tarumajaya Bekasi, ditulis dalam huruf palawi menerangkan, bahwa : Purnawarman telah menggali saluran sungai Gomati dalam waktu 20 hari, namun pada bait pertama menyebutkan, : “dahulu sungai Chandrabaga digali oleh Rajadirajaguru…”.
Prasasti ini cukup kuat menjelaskan, bahwa Purnawarman bukan raja pertama di Tarunagara, karena prasati tersebut menjelaskan adanya Rajadirajaguru, pendahulunya. Paling tidak Rajadirajaguru adalah pendahulu Purnawarman.
Tentang Rajadirajaguru diuraikan dalam Naskah Wangsakerta, bernama asli Sang Maharesi Jayasingawarman, berasal dari Calankayana, India, tiba didaerah ini bersama para pengikutnya pada tahun 270 Saka (348 M). Pada masa itu negaranya dikalahkan oleh Raja Samudragupta, Magada, India. Kemudian menetap di tepi Sungai Citarum yang termasuk Wilayah Salakanagara.
Karena kemasyhuran desa Taruma, maka semakin hari semakin bertambah penduduknya, bukan karena bertambahnya anak, melainkan juga banyak penduduk dari desa lain yang menetap disana. Lama kelamaan desa tersebut menjadi sebuah negara (kota) yang diberi nama Tarumanagara.
Sang Maharesi Jayasingawarman kemudian menjadi Rajadirajaguru yang memerintah Tarumanagara, bergelar Jayasingawarman Gurudarmapurusa. Ia memerintah Tarumanagara sejak 280 Saka (358 M) dan wafat dalam usia 60 tahun.
Jika menyimak penundukan Salakanagara kedalam kekuasaan kerajaan Tarumanagara, memang agak aneh. Karena sebelumnya Tarumanagara termasuk wilayah kekuasaan Salakanagara. Tapi tentunya suksesi ini dilakukan tanpa pertumpahan darah dan jauh dari tanda-tanda adanya perebutan kekuasaan.
Prosesi penundukan Salakanagara kepada Tarumanagara dimungkin terjadi secara alamiah. Pertama, Rajadirajaguru raja Tarumanagara munggaran adalah menantu Dewawarman VIII, Ia menikah dengan putri Minawati Iswara Tunggal Pertiwi. Kedua, pada episode berikutnya Tarumanagara lebih maju dibandingkan Salakanagara, sebagai akibat banyaknya para pendatang yang menetap di Pataruman. Proses alamiah ini membentuk Tarumanagara menjadi kota yang ramai. Cag Heula. (***).
Disarikan oleh : Agus Setiya Permana
Dari : berbagai sumber