Rabu, 10 Juni 2009

Pengantar Carita

Ada pandangan di masyarakat tradisional yang memisahkan Banten dari sejarah ‘Urang Sunda’, bahkan beberapa pendapat masyarakat mengaitkan sejarah penduduk Banten dengan sisa pelarian pasukan Sultan Agung (Mataram) yang gagal melakukan ekspansinya ke Batavia, untuk menyerang posisi Belanda.

Ambiguitas lainnya muncul ketika memisahkan Sejarah Sunda dari Banten hanya karena masalah ageman. Banten sebagai Kerajaan Islam dan Pajajaran sebagai Kerajaan Pra Islam, seolah-olah tidak ada titik temu. Keduanya dianggap memiliki entitas masing-masing. Sama halnya ketika rumor yang mendikotomi Kalapa (Jayakarta) dan Cirebon dari Pajajaran. Memang awal sejarah pemisahannya terkait dengan penyebaran agama Islam di ujung barat pulau Jawa, namun pemisahan entitas diluar agama nyaris tidak tercatatkan, kecuali pendikotomian yang berawal dari rasa keberagamaan.

Sangat disayangkan jika masyarakat hanya melihat sejarah Banten pada masa perkembangan Islam. Padahal banyak misteri yang masih tersimpan dan menunjukan kesejarahan Banten sebagai cikal bakal kerajaan-kerajaan dan budaya di pulau Jawa.

Suatu hal yang mungkin patut di sadari bersama, jika adanya sejarah hari esok karena adanya perbuatan hari ini, adanya sejarah hari ini karena adanya perbuatan manusia dihari kemarin. Sejarah dan muasal tersebut akan terus di uji dan ditemukan penyebabnya. Namun patut pula dicermati, adakalanya sejarah disusun oleh orang-orang yang menang, karena ia disusun oleh manusia yang tentu tidak dapat melepaskan diri dari cara pandangnya.

Banten memiliki data arkeologi dan sejarah yang panjang. Dari data arkeologi menujukan wilayah Banten telah ada pada masa Pra Islam. Seperti ditemukannya perkakas sehari-hari dan prasasti arca Nandi. Peninggalan kebudayaan megalitik tua ditandai dengan ditemukannya menhir di lereng gunung Karang di Padeglang, dolmen dan patung-patung simbolis dari desa Sanghiang Dengdek di Menes, kubur tempayan di Anyer, kapak batu di Cigeulis, batu bergores di Ciderasi desa Palanyar Cimanuk, dan lain sebagainya, diperkirakan peninggalan budaya pada 4.500 SM hingga awal masehi.

Selain itu ditemukan pula perkakas dari perunggu yang sering disebutkan oleh para akhli sejarah dengan istilah kebudayaan Dong Son pada tahun 500-300 SM. Kemudian kapak corong terbuat dari perunggu di daerah Pamarayan, Kopo Pandeglang, Cikupa, Cipari dan Babakan Tanggerang.

Banten didalam catatan sejarah memiliki sejarah panjang, dari Salakanagara sampai dengan Surasowan. Pengalihan kekuasaan Salakanagara menjadi Tarumanagara, kemudian sampai dengan Banten Girang dimungkinkan karena redupnya kegiatan pemerintahan dan perekonomian di wilayah tersebut dan tergantikan dengan kejayaan wilayah baru. Seperti peristiwa pengalihan Tarumanagara dari Salakanagara, demikian pula ketika Banten Girang beralih ke Banten Lama (Surasowan).

Kegalauan para peneliti sejarah dalam menempatkan Salakanagara di wilayah Pandeglang (Banten) berakibat hilangnya runtutan Banten dari kerajaan tertua di Pulau Jawa itu. Kegalauan tersebut tidak mampu menyurutkan rumor masyarakat tradisional, tentang cerita Aki Luhur Mulya dan Dewata Cengkar, bahkan ada sedikit cerita yang tersisa tentang Prabu Angling Dharma. Namun cerita tersebut perlu dikupas melalui pemaknaan nilai-nilai, terutama yang ada kaitannya dengan masalah tertib hidup urang Sunda.

Banten memiliki sejarah panjang, dari Salakanagara sampai dengan Surasowan. Pengalihan kekuasaan Salakanagara menjadi Tarumanagara, kemudian sampai dengan Banten Girang dimungkinkan karena redupnya kegiatan pemerintahan dan perekonomian di wilayah tersebut dan tergantikan oleh kejayaan kerajaan baru. Masa pengalihan satu kerajaan ke kerajaan penggantinya nyaris seluruhnya tidak dilakukan melalui peperangan, penaklukan dan menumpahkan darah. Jika pun ada, itu hanya pergolakan yang terjadi ditubuh kerajaan masing-masing pada masa kerajaannya, terkait dengan masalah tahta.



Bahan bacaan :
1. Rintisan penelusuran masa silam sejarah Jawa Barat, jilid 4, 1983 – 1984.
2. Sejarah Jawa Barat, Drs Yoseph Iskandar, Geger Sunten – Bandung, 1997
3. Foto, Copas dari : http://sundaislam.files.wordpress.com/, 12 Juni 2009.

Tidak ada komentar:

Pesan :

Untuk Perbaikan Blog ini mohon dapat meninggalkan pesan disini. Terima Kasih