Jumat, 19 Maret 2010

Sultan Abdul Kadir (1596-1651)

Surat Pangeran Muhammad kepada Raja Inggris



Ketika Pangeran Muhammad wafat putranya, yakni Sultan Abdukadir Mufakhir Mahmud Abdul Kadir baru berusia lima bulan. Hal ini sama dengan peristiwa yang dialami ayahnya ketika ditinggalkan Panembahan Yusuf. Untuk menjalankan roda pemerintahan Banten maka pemerintahan dijalankan oleh Mangkubumi Jayanegara.

Banyak peristiwa penting yang terjadi pada masa Sultan Abdul Kadir, terutama ketika Belanda untuk kali pertama menginjakan kakinya di Banten, terutama pengaruhnya terhadap status kehidupan perekonomian Banten.

Pada tahun tahun 1602 dengan di bentuknya suatau persatuan dagang belanda atau Vereesnigde Oost Indische Compagnie (VOC), atau dikenal dengan istilah Kompeni, mereka mendirikan kantor perwakilannya di Banten. Kumpeni Belanda sangat berlainan dengan strateginya yang terdahulu, yang memberikan keleluasaan bagi pertumbuhan perdagangan, namun Kompeni lebih banyak menjalankan kekuasaan dagangnya dengan cara menggunakan strategi politik yang berupaya menguasai wilayah secaa politis.

Kekuasaan Mangkubumi
Sekalipun perdagangan berkembang pesat dan Inggris membuka perwakilan daganya namun pasca wafatnya Mangkubumi Jayanegara dikeraton Banten terjadi peristiwa sebaliknya, terjadi perpecahan diantara para pangeran serta para pembesar negara, serta kurang arifnya para Mangkubumi pengganti Mangkubumi Jayanegara dalam menjalankan tugasnya. Hal ini berlangsung hingga Mangkubumi Ranamanggala yang diangkat sebagai wali sultan, mengingat Sultan masih terlalu muda untuk menjalankan tugasnya.

Untuk mengembalikan kondisi negara Mangkubumi Ranamanggala menindak tegas para pangeran dan bangsawan yang melanggar hukum. Kemudian ia pun merubah struktur perdagangan lada yang telah ditetapkan oleh penguasa (Mangkubumi) sebelumnya, para pengganti Mangkubumi Jayanegara yang semula hanya boleh dijual oleh orang Cina kepada Belanda. Peraturan tersebut membolehkan setiap penjualan lada dibeli dan dijual kepada siapa saja, tidak ada monopoli.

Monopoli yang dilakukan pedagang Cina dan Belanda sangat merugikan perekomonian Banten. Peristiwa ini menggambarkan, bahwa memang telah terjadi semacam kerjasama antara Kapitalisme (Cina dan Belanda) dengan para Mangkubumi yang bertindak sebagai penguasa Banten. Serta hanya menguntungkan para personel penguasa dan pedagang tersebut.

Dengan dicabutnya sistim monopoli ini maka Banten dapat memperbaiki perekonomiannya kembali, namun berbeda halnya dengan pihak Belanda yang merasa dirugikan dengan pencabutan monopoli ini. Tak heran jika banyak para pedagang Belanda maupun pihak-pihak lainnya yang terkait dengan masalah ini mengangap Mangkubumi Ranamanggala sebagai pihak yang lalim. Selain itu, sikap ketegasan Mangkubumi Ranamanggala sering membuahkan perselisihan dengan pihak Belanda dan Pangeran Jayakarta.

Penyerahan Tahta
Pada tahun 1624 Sultan Abdul Kadir telah dianggap dewasa dan ia diserahi takhta Banten. Dengan demikian Banten dipimpin oleh seorang keturunan yang syah, sesuai dengan garis kesultananannya.

Pada masa awal banyak tugas yang harus diselesaikan oleh Sultan Abdul Kadir, terutama akibat dari keputusan-keputusan yang diambil oleh para Mangkubumi sebelumnya. Pada masa itu hubungan Banten dengan Belanda sudah sangat memburuk dan terjadi beberapa pertempuran di wilayah Banten, seperti di Tanahara, Anyer dan Lampung. Kondisi yang diuntungkan Banten karena secara bersamaan Belanda sedang menghadapi beberapa pertempuran dengan Mataram dan Makasar. Untuk kemudian Belanda mengajukan genjatan senjata.

Masalah lain yang dihadapi Sultan Abdul Kadir adalah dalam menghadapi serangan Cirebon. Untuk menghadapinya Sultan menyiapkan berpuluh-puluh armada perang. Ia pun menyediakan hadiah sebesar 2.000 real bagi siapa saja yang berjasa membantu Banten. Pada kahirnya Banten memenangkan pertempuran ini, untuk kemudian dikenal dengan peristiwa Pagerage.

Sultan Abdul Kadir dikenal pula dengan kesalehannya. Ia memiliki lima orang anak. Sultan sangat mendalami ilmu agama dan sekaligus mengajarkan tentang agama kepada istri-istri dan anak-anaknya. Sultan Abdul Kadir dikenal pula sebagai pemimpin yang sangat peduli terhadap rakyatnya. Seringkali pada setiap malam ia mengendap-ngendap keluar istana dan mendengarkan keluhan rakyatnya. Ia pun acapkali memberikan bantuan kepada rakyatnya yang miskin. Peristiwa ini mengingat pada cerita tentang Sultan Harun Al Rasyid didalam Hikayar Seribu Satu Malam.

Sultan Abdul Kadir Wafat pada tahun 1651 dan dimakamkan di Kenari. Sedangkan tahtanya diserahkan kepada cucunya yang bergelar Pangeran Adipati Anom.


Bahan Bacaan :

Kapitalisme Pribumi Awal – Bab II, Gambaran Masyarakat di Kesultanan Banten, Heriyanti Ongkodharma Untoro, FIB UI – Cetakan Pertama - 2007

Pesan :

Untuk Perbaikan Blog ini mohon dapat meninggalkan pesan disini. Terima Kasih