Senin, 28 September 2009

Pangeran Muhammmad (1580-1596)


Ketika Panembahan Yusuf wafat (1580 M) usia Pengaran Muhamad masih berumur 9 tahun, sehingga dianggap belum mampu memegang tampuk pimpinan Banten. Untuk mengisi kekosongan jabatan maka tugas kenegaraan dijalankan oleh seorang Mangkubumi. Pangeran Muhammad dapat menjalankan tugasnya setelah dianggap telah dewasa.

Berdasarkan buku rintisan penelusuran masa silam sejarah Jawa Barat : memang sebelumnya terjadi kekisruhan suksesi dikarenakan usia Pangeran Muhamad masih 9 tahun sehingga dianggap belum mampu melaksanakan tugas kenegaraan. Pada mulanya para Mangkubumi menyetujui agar pengganti Maulana Yusuf ditunjuk Pangeran Japara putra Hasanudin dari Ratu Ayu Kirana. Pangeran Japara datang ke Surasowan atas desakan ibu angkatnya, Ratu Kalinyamat ketika Panembahan Yusuf masih sakit. Tapi penghulu negara (Hakim) lebih melindungi Pangeran Muhamad sebagai pewaris tahta. Sikap ini pun diikuti oleh Jayanagara untuk membela Pangeran Muhamad.

Dalam peristiwa selanjutnya memang tidak berkepanjangan, karena Pangeran Japara dan pasukannya yang berasal dari Japara dapat dikalahkan dan dipaksa untuk meninggalkan Surasowan. Pada usia yang masih muda itulah Pangeran Muhamad di nobatkan sebagai pengganti Maulana Yusuf.

Pangeran Muhammad bergelar Kangjeng Ratu Banten. Ia memiliki cita-cita seperti Sultan-sultan sebelumnya, yakni menyebarkan agama islam dan memperbesar wilayah Banten, dengan cara menguasai bekas-bekas kerajaan Pajajaran dan Palembang.

Niat ekspansi ini sama halnya dengan yang dilakukan Penembahan Yusuf, hanya bertujuan spiritual. Namun tidak dapat dipungkiri, Banten pada masa itu sudah ada dalamka tagori sebagai negara makmur, sehingga ekspansi wilayah pun tidak mengganggu kondisi perekonomian negara.

Pengeran Muhammad dikenal karena kesalehannya. Selain itu Pangeran Muhammad juga mampu memajukan Banten sebagai kota perdagangan. Bahkan seluruh penjualan lada dari daerah lampung harus dilakukan melalui pelabuhan Banten.

Kecuali bangsa Belanda, pada masa itu sudah banyak para pedagang asing yang bermukim di Banten. Belanda sendiri pertama kali menjejakan kakinya di Banten pada tanggal 22 Juni 1596, atau beberapa pasca wafatnya Pengeran Muhammad.

Suatu ketika dengan menggunakan kekuatan 200 kapal perang ia bertolak ke Palembang untuk tujuan memerangi kekafiran. Namun Pangeran Muhammad terbunuh didalam peperangan tersebut. Dan jenasahnya dikebumikan dihalaman mesjid Agung Banten. Kemudian ia dikenal dengan sebutan Pangeran Seda Ing Palembang atau Pangeran Seda Ing Rana.

Manurut Djajadinigrat Tahta Pangeran Muhammad kemudian diserahkan kepada putranya, yakni Pangeran Kadir. Ketika peristiwa wafatnya Pangeran Muhammad, Pangeran Kadir baru berumur lima bulan.


Bahan Bacaan :

1. Kapitalisme Pribumi Awal – Bab II, Gambaran Masyarakat di Kesultanan Banten, Heriyanti Ongkodharma Untoro, FIB UI – Cetakan Pertama – 2007

2. Rintisan penelusuran masa silam Sejarah Jawa Barat, Tjetjep Permana, SH dkk.

Tidak ada komentar:

Pesan :

Untuk Perbaikan Blog ini mohon dapat meninggalkan pesan disini. Terima Kasih